PETAKA ISTRI MUDA
Siang itu suasana begitu hikmat. Meski acaranya sederhana, tetapi begitu berkesan di hati pasangan suami istri yang baru saja mengucapkan ijab kabul itu.
Janji suci pernikahan telah diucapkan oleh Suparno untuk Utari. Gadis lugu dan alim itu hanya bisa terselubung malu. Suparno mengakui kecantikan istri barunya itu.
Wajah bahagia pun ditunjukkan pada wanita bertubuh anggun yang duduk di samping Suparno, dia adalah Sukarmi. Sukarmi sendiri adalah istri pertama Suparno.
Entah terbuat dari apa hati seorang Sukarmi ini yang dengan ikhlas mengantarkan suaminya menikah lagi. Karena pada dasarnya tak ada wanita mana pun yang rela dimadu.
Singkat cerita, mereka saling berpelukan satu sama lain setelah Pak Penghulu mengucapkan kata sah pada kedua mempelai.
****
Sukarmi menggandeng Utari dan menunjukkan kamar pengantinnya yang begitu indah dan romantis. Semua dibuat dan dipersiapkan sedemikian rupa.
Sukarmi dengan begitu baik dan sayang memperlakukan Utari. sikap yang ditunjukkan Sukarmi menepis anggapan tentang istri pertama yang galak dan itu tak pernah ditunjukkan oleh Sukarmi.
Selain itu, dia juga sudah mempersiapkan segala kebutuhannya untuk keberangkatan Suparno dan Utari dalam bulan madu.
Mereka terlihat begitu bahagia, harmonis antara istri tua dan istri muda. Tak ada sedikit pun terdengar pertengkaran di antara mereka berdua.
****
Malam itu.
Suparno begitu puas dengan pelayanan Utari. Meski dia gadis lugu, tapi masalah diranjang Utari selalu agresif, ingin membuat Suparno kewalahan.
“Oh, Dek ....”
“Ouhg, Mas Parno.”
Suparno menemukan gairah baru dalam bercinta.
“Masuk, Dek.”
“Keluar, Mas.”
“Masuk, Dek.”
“Keluar, Mas.”
Di samping memang Utari jauh lebih muda dari Sukarmi.
“Terus, Mas. Oh.”
“Oh, Mas Parno.”
“Ough, Dek Tari.”
Utari juga sangat memahami apa yang dibutuhkan suaminya saat ini, yaitu seorang buah hati karena pasalnya pernikahan Suparno dan Sukarmi yang sudah 10 tahun lebih itu belum dikaruniai seorang anak, maka alasan itulah Sukarmi mengizinkan suaminya untuk berpoligami dan berharap ada seorang penerus dari keluarganya.
****
Satu bulan kemudian.
Pernikahan Utari telah hamil 2 minggu Sukarmi begitu bahagia. Dia berjanji akan menganggap anak tirinya itu sebagai anak kandungnya sendiri.
Segala kebutuhan Utari selalu disiapkan oleh Sukarmi.
Utari sendiri begitu hati-hati dalam menjaga kandungannya.
Hingga 9 bulan kemudian lahirlah bayi mungil dari rahim Utari, bayi itu diberi nama Menik. Bayi itu terlihat begitu mirip Suparno ayahnya.
****
Kehidupan Utari dirasa sempurna, selain sekarang menjadi orang kaya, dia juga dipertemukan dengan sosok Sukarmi yang begitu baik di matanya.
Akan tetapi, tanpa disadari itulah awal dari kehancurannya.
****
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan sikap Sukarmi mulai berubah.
Sukarmi menguasai putri kecil Utari. Bahkan seiring waktu berlalu kini Utari juga sering diberlakukan layaknya seorang pembantu. Segala masalah pekerjaan rumah tangga Utari yang akan mengerjakannya.
Sikap itu juga diberlakukan oleh Suparno di atas ranjang.
Romantis awal-awal pernikahan mereka dulu telah berubah. Kalau dulu Suparno selalu meminta jatah setiap malam pada Utari, tapi kini jangankan menyentuh saja tak pernah.
Sukarmi memang lebih cantik dari Utari, kulitnya terlihat lebih putih dan mulus. Selain itu, Sukarmi rutin melakukan perawatan tubuh. Berbanding jauh dengan Utari yang sekarang setiap harinya hanya memakai daster layaknya pembantu.
Rasa syukur masih diucapkan Utari karena Menik telah dirawat dengan baik oleh Sukarmi dan Suparno, dan itu semata-mata karena surat wasiat dari orang tua Sukarmi yang akan memberikan hak waris kalau Sukarmi dan Suparno mempunyai keturunan, tapi rasa syukur itu tak berlangsung lama karena dua tahun kemudinya Sukarmi dinyatakan positif dan sikap itu pun berubah pada Menik.
Menik dianggapnya anak pembantu yang sudah menjadi benalu dalam keluarganya.
Setiap malam mata Utari sembah karena meratapi nasib yang telah dialami selama ini karena kebodohannya. Dia telah mengorbankan gadis kecilnya yang tak tahu apa-apa itu.
****
Beberapa tahun kemudian.
Menik pun tubuh menjadi anak remaja yang cantik dan Utari sudah sakit-sakitan.
Setiap hari Menik dengan jelas menyaksikan ibunya itu disiksa dan dicaci maki oleh ibu tirinya. Bahkan ketika sakit parah pun masih disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah, hingga Utari menghembuskan nafas terakhir.
Dari sinilah Menik begitu dendam kepada keluarga ayahnya. Dia memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut, rumah yang sudah dianggapnya sebagai neraka itu.
Menik pun berjalan tanpa arah karena dia tak punya saudara di kota tersebut. Hanya berbekal tekad Menik terus menyusuri jalan hingga tibalah kakinya berhenti di ujung jalan.
Samar-samar dia melihat bayangan seorang kakek tua. Meski minim pencahayaan, tapi Menik dapat memastikan kalau laki-laki tua tersebut sedang kesakitan.
Singkat cerita kakek itu pun dibawa Menik hingga di rumahnya. Di sana ada seorang nenek tua yang juga istri dari kakek tua yang diketahui bernama Mbah Noto.
Rumah berdinding bambu itu terlihat sederhana, tetapi dirasa nyaman bagi Menik.
****
Setelah beberapa hari Menik tinggal di rumah Mbah Noto, dia pun menceritakan awal mula kejadian yang dialaminya.
Mbah Noto yang merasa sangat simpatik pun memberinya sebuah keris kecil.
Mbah Noto juga membantu Menik lewat ilmu yang dimilikinya. Menik tak menuntut apa-apa selain sebuah keadilan.
Sebetulnya Mbah Noto sudah lama menghilang dari perdukunan, tapi setelah mendengar nasib yang dialami Menik dia pun merasa terpanggil untuk membantu Menik.
Setelah Menik diberi keris Menik pun pulang.
****
Menik harus mematuhi perintah Sukarmi karena itu pesan dari Mbah Noto. Sementara itu, Mbah Noto sendiri akan melaksanakan tugasnya dari rumah.
Sambil mengendap-endap, Menik berhasil menaruh keris tersebut di bawah kasur Sukarmi. Sementara itu, dari tempat lain Mbah Noto melaksanakan aksinya. Mbah Noto membacakan mantra pengasih dan entah kebetulan atau tidak, sikap Sukarmi kini berubah kepada Menik. Rasa yang dulu hilang kini kembali lagi.
Ingin sekali Menik membalas rasa sakit hatinya kepada ibu tirinya tersebut, tapi almarhum ibunya mengajarkan rasa sabar dan ikhlas atas apa yang dialaminya selama ini. Sikap baik pun ditunjukkan Suparno ayahnya.
Kini Menik dapat merasakan kasih sayang dari orang tua seutuhnya terlebih ada adiknya yang menambah sempurna keluarganya. Menik pun berterima kasih kepada Mbah Noto karena izin Allah beliau dapat membantu Menik dengan mempersatukan keluarganya lagi.
No comments:
Post a Comment